MARI KITA
BANGUN WAWASAN BARU BIDANG PEMBINAAN SDM BERLANDASKAN NILAI-NILAI MORAL DAN
BUDAYA KERJA *
Penulis : Widjaja Kartadiredja/Letkol.Purnawirawan
1. Dua potensi sumberdaya manusia yang
sangat esensial untuk tegaknya peradaban suatu bangsa dalam pemerintahan adalah
masalah “mentalitas moral” dan “budaya kerja”.
Tanpa adanya dua potensi tersebut adalah mustahil suatu bangsa akan mampu
menghadirkan kehidupan yang adil dan sejahtera bagi rakyatnya, karena kelemahan
mentalitas moral bangsa yang akan mudah didominasi
oleh pengaruh kekuatan luar, apalagi dalam situasi yang makin kuatnya
cengkraman faham kapitalisme dan
neoliberal di berbagai aspek kehidupan bangsa. Karenanya kedua faham tersebut
harus disikapi dengan anti pati atau bahkan ditenggarai bahwa kapitalisme dan
neoliberal sebagai musuh bangsa.
2. Siapa pun warga negara yang memiliki pemikiran
kritis terhadap fenomena yang dihadapi bangsa saat ini, sudah semestinya akan bermawas
diri dalam menyikapi kondisi bangsa belakangan ini yang dikenal dengan istilah “era
globalisasi”. Sesungguhnya era
globalisasi lebih banyak membawa dampak negatif ketimbang ekses positifnya. Sebagi contoh, seorang pakar ekonomi
kerakyatan pernah mengatakan bahwa ekonomi kapitalis melegalkan kaidah “yang kuat memangsa yang
lemah”. Ini menandakan bahwa dalam
bidang ekonomi pun seolah kaum kapitalis menerapkan hukum kolonial yang sangt
jauh dari hukum kemanusiaan. Sebuah pemikiran besar yang telah dicanangkan coleh
Bapak Presiden Jokowi di awal pemerintahan Jokowi-JK, yaitu tentang “revolusi
mental” yang harus mendapat dukungan penuh dari segenap komponen bangsa, agar
bangsa ini mampu menggapai perubahan menuju kejayaan, yang harus diyakini bahwa
revolusi mental ini harus mampu diwujudkan
dalam realita.
3. Terkait pencanangan revolusi mental
tersebut di atas, saya seorang Purnawirawan, dalam kapasitas sebagai penulis
gagasan dalam bidang Pembinaan SDM, ingin menyumbangkan sebuah kreasi tentang “product
system” dalam bidang Pembinaan SDM yang tema pokoknya “perlunya membangun wawasan, pola pandang atau perspektif baru dalam
bidang Pembinaan SDM, yang landasan filosofinya diorientasikan pada upaya
peningkatan kinerja dan perbaikan etika kerja”, yang bentuk programnya
sangat sederhana, pragmatis, dan efektive untuk dibakukan sebagai perangkat
sistem dalam penilaian kinerja di setiap lembaga atau institusi pengelola
sumberdaya dalam skala nasional, yang sangat prospektif untuk disebar-luaskan
dalam wilayah NKRI, tanpa akan banyak membebani anggaran. Perangkat ini berfungsi sebagai sarana
efektif dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia berlandaskan nilai-nilai
moral dan budaya kerja.
4. Sejak tahun 2009 saya telah menyusun
gagasan ini yang diyakini sangat tepat untuk digunakan sebagai solusi
dalam merubah wawasan, pola pandang atau
perspektif baru dalam bidang pembinaan SDM oleh para Manajer HRM di mana saja mereka berada, baik di
jajaran pemerintahan atau pun perusahaan, dimana materi tersebut untuk jangka
panjang dapat dijadikan bahan pewarisan
nilai-nilai tentang budaya kerja lewat lintas generasi, yang untuk
pelaksanakaannya dalam wilayah NKRI tidak akan memerlukan biaya besar, karena
adanya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaraan
training lewat “in house training” yang hanya membutuhkan waktu 3 (tiga) hari
pelatihan.
5. Gagasan ini menggunakan referensi : “Principles for Implementing a Human
Resources Management Policy” Thomson CSF Cooperation, Perancis, berikut hasil
studi banding yang dilakukan oleh Penulis tahun 1992 tentang Sistem Penilaian
Kinerja di Lembaga Pelatihan di bawah perusahaan Thosmson, yakni Thomson CSF
Cooperation, Perancis, dengan melihat penerapan sistem HRM Thomson CSF ini di
BRGM Company di Kota Bordeaux, 400 KM di luar kota Paris, sebuah perusahaan
besar yang bergerak dalam bidang Geologi dan Mineral, yang memiliki 1.000 orang
ingeneer kimia dan geologi.
6. Hasil garapan Penulis tentang gagasan ini
telah dituangkan dalam 5 (lima) Buku Petunjuk Program Pelatihan Kinerja yang
durasi pelatihannya dalam 3 hari. Program pelatihan ini diberi judul “Program
Pelatihan Kinerja” dengan maksud untuk mempopulerkan kata kunci tentang istilah
“kinerja” yang pelaksanaan pelatihannya direncanakan dilakukan dalam bentuk “in
house training” di lembaga/institusi di jajaran pemerintahan atau pun
perusahaan. Kelima petunjuk materi
pelatihan tersebut adalah :
a. Buku-1
: berisi panduan Pelatihan Kinerja 140 halaman (untuk pegangan Peserta
Pelatihan).
b. Buku-2
: berisi bahan presentasi Pelatihan
Kinerja 120 halaman (untuk
pegangan Pengajar).
c. Buku-3 : Proposal Umum Program Pelatihan Kinerja, 40
halaman (untuk
bahan pamasaran program
pelatihan).
d.
Buku-4 : Profil Buku Panduan Pelatihan Kinerja, 32
halaman (untuk bahan
pemasaran program
pelatihan).
e. Buku-5
: Pola Penilaian Kinerja dengan 12 Faktor, 20 halaman (untuk aplikasi penilaian tingkat Direct Supervisor) yang akan digunakan untuk membangkitkan motivasi
kerja bagi tenaga kerja.
Materi pelatihan ini oleh Penulis ingin diabdikan bagi kepentingan bangsa, maksudnya pelatihan dimasud tidak untuk dikomersilkan seperti pelatihan-pelatihan bidang SDM lain yang umumnya dengan biaya yang tidak ringan. Langkah awal penyebar-luasan materi program pelatihan ini dilakukan melalui penjualan buku-buku materi yang ditujukan khusus kepada para manajer HRM atau siapa saja yang bertugas di bidang pengelolaan SDM di jajaran pemerintahan atau pun perusahaan.
7.. Harga buku s/d 31/12/2015 akan di-diskon
40%, yaitu :
a. Buku
Petunjuk lengkap (Buku-1 s/d Buku-5)
: Rp. 1.200.000,-
s/d
31/12/2015 dengan diskon 40% menjadi Rp. 720.000,-.
b. Buku-1,
Buku-2 : masing-masing a’ Rp. 500.000,-
s/d
31/12/2015 dengan diskon 40% menjadi a’ Rp. 300.000,-.
c. Buku-3,
Buku-4, dan Buk-5 masing-masng a’ Rp. 50.000,-.
s/d 31/12/2015 dengan diskon 40% menjadi
a’ Rp. 30.000,-.
Harga tersebut ditambah ongkos kirim dalam
Kota Bandung Raya Rp. 10.000,- dan di luar kota Bandung Rp. 20.000,-.
8. Pembelian buku materi oleh peminat dilakukan
melalui pemesanan dengan data peminat berupa nama pembeli dan alamat penerima
kiriman buku sesuai KTP, pengiriman disampaikan kepada widjaja kartadiredja lewat e-mail,
atau lewat pesan di facebook widiakertapranata. Buku akan dikrimkan setelah
pengiriman harga buku dan ongkos kirim sudah ditransfer ke rekening widjaja kartadiredja. dengan catatan nomor rekeningnya akan disampaikan lewat inbox.
9. Penjualan materi pelatihan yang ditujukan
khusus kepada para manajer HRM atau siapa saja yang bertugas di bidang SDM baik
di jajaran pemerintahan atau pun perusahaan, adalah sebagai langkah awal
pemasaran “product system” di bidang SDM, dimana nantinya para manajer HRM diharapkan
dapat memberikan masukan tentang urgensinya diselenggarakan pelatihan lewat “in house
training”. Penulis yakin dengan materi
pelatihan yang sudah siap diajarkan lewat “in house training”, maka para
manajer HRM nantinya akan berperan aktif dalam penyiapan kader pengajar yang dalam Buku-4 (Profil Buku
Panduan Pelatihan Kinerja) ditargetkan dalam 3 tahun pertama pelatihan harus
dapat men-train 1.800 trainee, diantaranya 100 orang akan dijadikan tim
pengajar yang sifatnya “mobile” untuk menyelenggarakan pelatihan di lembaganya
dan di wilayah regional lainnya, dalam rangka penyebar-luasan pemahaman misi
dalam program pelatihan kinerja secara merata dalam skala nasional. Kegiatan
ini adalah sebagai sarana dalam membangun wawasan baru dalam bidang pembinaan
SDM yang landasan filosofinya diorientasikan pada peningkatan kinerja dan perbaikan etika kerja. Penulis optimis bahwa program ini dapat
dilaksanakan kurang dari 3 tahun jika di awalnya bisa disiapkan kader pengajar
100 orang yang sifatnya “mobile” mengajar per-kelas 3 hari.
Catatan
: Jika diperlukan oleh pemerintah yang
sifatnya “part timer”, Penulis siap untuk membantu mensuksekan gagasan ini yang
misinya sejalan dengan makna yang terkandung
dalam “revolusi mental” yang
telah dicanangkan oleh Bapak Presiden di awal pemerintahan Jokowi-JK. Penulis
sangat berharap tautan ini bisa sampai kepada Bapak Presiden dan beliau berantusias
dengan gagasan ini. Insya Allah jasa
pelatihan ini akan sangat bermakna bagi kepentingan bangsa, dengan do’a : semoga Allah SWT memberikan petunjuk dan
hidayah-Nya serta senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada Bangsa Indonesia
untuk kejayaan bangsa. Aamiiin.
10.
Atas patisipasi segenap pembaca tautan
ini serta perhatiannya untuk memberikan respon, Penulis mengucapkan terima
kasih.
Bandung, 20
Juli 2015
Salam
Hormat Penulis/Penggagas,
WidjajaKartadiredja/Letkol. Purnawirawan
LAMPIRAN
Fenomena terkait Karakter Bangsa.
Untuk memberikan gambaran kondisi
bangsa terkait mentalitas moral dan budaya kerja, perlu dilihat dampak negatifnya lebih jauh, untuk
dijadikan bahan kajian dalam mencarikan solusi yang tepat untuk memperbaikinya.
Dibawah ini lebih jauh dijelaskan sebagai berikut:
Pertama,
dampak buruk yang diyakini sebagai akibat dari kelemahan mentalitas moral
adalah : 1) makin meraja-lelanya kejahatan korupsi yang
membuat rakyat bertambah miskin; 2) mewabahnya barang haram yang mengancam
kerusakan moral generasi muda dan masa depan bangsa, yaitu narkoba yang kini pemerintah sudah
menetapkan Indonesia dalam tingkat “darurat narkoba”, namun belum ada gebrakan dari
tindakan represif yang membuat para penjahat narkona berhenti beroperasi, bisa
jadi karena rendahnya hukuman yang diberikan pada pelaku; 3) merebaknya
prostitusi dan kejahatan seksual yang masih dalam “pembiaran” dan masih
dijadikan ajang polemik, padahal perbuatan tersebut jelas-jelas perbuatan haram
yang dimurkai Allah; dan 4) nafsu hedonistis dan senang hidup berlebih-lebihan di tengah kehidupan rakyat yang tengah didera
kemiskinan, dan tidak bermawas diri dalam kondisi bangsa yang penuh
keprihatinan.
Kedua, dampak buruk dari segi kelemahan budaya kerja dapat dilihat
dari indiksasi-indikasi sebagai berikut : 1) makin lunturnya nilai-nilai
pengabdian terutama di kalangan
pegawai/tenaga kerja baik di jajaran pemerintahan ataupun perusahaan; 2)
rendahnya nilai kinerja dan kurang tertarik pada upaya-upaya perbaikan sistem; 3) kerja asal-asalan dan cari gampangnya; dan
4) meremehkan tanggung jawab.
Hal yang juga harus jadi bahan mawas
diri bagi semua kalangan, adalah bahwa bangsa ini membutuhkan nilai-nilai keteladanan dari para pejabat nepara dan pemegang
kekuasaan, baik dari kalangan elit politik, pejabat lembaga negara, dan para pimpinan
pemerintahan di pusat dan di daerah. Kata kunci untuk mengembalikan kepercayaan
dan menanamkan kepengikutan dalam kepemimpinan, yang terkadang bisa lunturnya kepercayaan rakyat, adalah “ada atau tidaknya nilai-nilai
keteladanan” pada diri seorang sosok atau
pejabat negara yang seharusnya jadi panutan.
Sebab utama porak-porandanya
mentalitas moral dan budaya kerja.
Sebab utama porak-porandanya
mentalitas moral, diprediksi kuat karena pengaruh faham kapitalistisme dan
neoliberal yang berlandaskan budaya materialistis, yang di balik aktivitasnya
punya misi tertentu yang oleh seorang pakar ekonomi kerakyatan secara simbolis dikatakan
“yang kuat memangsa yang lemah”, dan
dalam kehidupan sosialnya bersifat egoist, mengutamakan kepentingan pribadi,
mengesampingkan kepentingan umum dan mengabaikan nilai-nilai moral. Puncaknya dirasakan di “era globalisasi”
sekarang ini.
Dalam Pidato Bung Karno 1 Juni 1945
dalam Sidang Panitia Persiapan Penyelidik Kemerdekaan Indonesia untuk menyusun
Konstitusi sebelum hari Proklamasi 17/8/1945, Bung Karno sudah memperingatkan untuk menjauhi faham kapitalisme, dimana
peringatan ini hendaknya dijadikan
catatan penting untuk mendapatkan perhatian.
Deskripsi Wawasan baru dalam bidang
Pembinaan SDM.
Kesimpulan dari pengamatan sektoral tentang
kondisi bangsa, menunjukkan betapa lemah
mentalitas moral dan budaya kerja pada sebagian kalangan bangsa kita, yang
diprediksi kuat penyebabnya adalah akibat pengaruh faham kapitalistisme dan
budaya materialistis. Sangat diharapkan
manusia Indonesia punya daya tangkal untuk memerangi kedua isme tersebut, agar
dijauhkan dari karakter bangsa yang cenderung egoist, abai pada kepentingan umum, korup, dan senang
hidup berlebih-lebihan, disamping malas, tidak produktif, dan minus keteladanan. Fenomena yang diungkapkan dalam tulisan ini dan atau tulisan-tulisan
lain pada dasarnya harus disikapi dengan program pembinaan yang tidak keluar dari
koridor/tema pokok tentang “pencerahan mentalitas moral dan budaya kerja”, yang
tentunya tujuannya akan sejalan dengan tujuan “revolusi mental” yang pernah
dicanangkan oleh Bapak Presiden Jokowi di awal pemerintahannya.
Solusi
yang yang disarankan adalah perlunya membenahi sistem HRM yang tujuannya utuk
merubah perspektif atau pola pandang baru dalam bidang pembinaan SDM yang landasan filosofinya diorientasikan pada
upaya peningkatan kinerja dan perbaikan
etika kerja.
Membangun
wawasan baru dalam bidang pembinan SDM, sama halnya dengan membenahi dan meningkatkan
peran sistem HRM jika pernah “termarginalkan” dalam manajemen pemerintahan
khususnya dalam bidang “human resources”, menuju peningkatan kualitas SDM yang
berlandaskan nilai-nilai moral dan budaya kerja. Membangun wawasan baru dalam
bidang pembinaan SDM adalah tugas pokok
para Manajer HRM di setiap lembaga/institusi baik di jajaran pemerintahan
maupun perusahaan. ∏
Referensi : Princeples for
Implementing a Human Resources Management Policy, Thomson CSF Cooperation, Perancis.
0 komentar:
Posting Komentar