Kamis, 23 Oktober 2008

MEMETIK HIKMAH IBADAH QURBAN 1430 H.

0leh : H. Widjaja Kartadiredja

Beberapa hari lagi kaum Muslimin yang tengah menjalankan ibadah haji di tanah suci akan memasuki puncaknya perjalanan ibadah haji di musim haji 1430 Hijriyah, yaitu wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan melempar jumrah di Mina. Lalu pada tanggal 10 Zulhijjah (tanggal 27 November 2009), kaum Muslimin di mana saja berada, akan merayakan Hari Raya Idul Qurban dan melaksanakan ibadah qurban, yaitu menyembelih khewan qurban yang dagingnya akan dibagikan kepada kaum Muslimin siapa saja, yang diutamakan orang-orang tidak mampu, dan dibolehkan juga diberikan kepada non Muslim sebagai wujud kepedulian social di masyarakat. Ibadah qurban dilakukan dari tanggal 10 sampai dengan tanggal 13 Zulhijjah.


Ibadah qurbah adalah merupakan hikmah yang diajarkan melalui peristiwa penyembelihan oleh Nabi Ibrahim terhadap putranya Ismail a.s. yang kisahnya diabadikan dalam Alqur’an. Diantaranya dalam Surat As-Saffat (QS.37) ayat 100 s/d 108, yang artinya : 1)“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh. 2) Maka Kami beri kabar gembira kepadanya, dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail). 3) Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, Ibrahim berkata : “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Dia (Ismail) menjawab : “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”. 4) Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah). 5) Lalu Kami panggil dia : “Wahai Ibrahim! 6) Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 7) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. 8) Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. 9) Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.
Demikian kisah dalam Alqur’an yang harus ditafakuri. Ibrahim dan Ismail telah menunjukkan ketaatan, kesabaran, dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah yang harus dijadikan pelajaran bagi setiap muslim.
Berkaitan dengan ibadah qurban sebagai pelajaran dari peristiwa dalam kisah Ibrahim tadi, ada 4 point pokok yang harus diambil hikmahnya oleh kaum muslimin, yaitu :
1) Ibadah qurban adalah sebagai ciri seorang hamba yang sungguh-sungguh ingin mendekatkan diri (“taqorrub”) kepada Allah.
2) Ibadah kurban merupakan perwujudan rasa syukur atas nikmat yang dianugrahkan Allah kepada kita, terutama nikmat iman dan Islam, nikmat Alqur’an, nikmat umur dan kesehatan, dan perlindungan dari musibah dan bencana.
3) Ibadah kurban mengadung hikmah tanggung jawab social yang harus diemban oleh setiap muslim, untuk mengikis habis sifat-sifat egois dan tamak, dan menanamkan kepedulian terhadap orang lain yang menderita, yaitu orang-orang miskin, anak yatim, dan orang-orang yang tidak mampu lainnya.
4) Tumpahnya darah khewan yang disembelih adalah symbol dari upaya kita membunuh sifat-sifat kebinatangan dan sifat-sifat buruk lainnya dalam diri kita.
Itulah ke empat point yang harus kita tanamkan dalam jiwa tentang hikmah ibadah qurban, dan beruntunglah bagi kaum muslimin yang pada Idul Qurban tahun ini mempunyai kemampuan untuk berqurban (dimana kelak, tatkala bangkit dari qubur di yaumal akhir, akan disambut oleh khewan qurban berkepala emas dan bermata permata merah dari surga, yang akan jadi kendaraan dalam menyeberangi jembatan sisrothol mustaqim. Begitu keterangan dalam sebuah hadits yang hatus kita yakini).
Ada hadits Nabi yang sangat tepat momentumnya untuk disimak oleh kaum Muslimin dalam suasana idul qurban, yaitu hadits yang diucapkan oleh Nabi SAW pada 14 abad yang lalu. Hadits tersebut mengatakan : “Apabila akhir zaman semakin dekat, maka banyak orang yang berpakian jubah, dominasi perdagangan, dominasi perempuan, harta kekayaan melimpah, kemesuman merajalela, kezaliman penguasa, manipulasi takaran dan timbangan, tidak menghormati yang lebih tua, tidak menyayangi yang muda, membiarkan anak zina sampai-sampai ia menyetubuhi perempuan di jalanan, maka orang yang paling baik saat itu hanya bisa mengatakan “tolonglah kalian menyingkir dari jalan”, mereka berpakaian kulit domba tetapi berhati serigala, orang yang dianggap ideal saat itu adalah para penjilat” (HR. Thabrani).
Apa yang disinyalir oleh Rasulullah dalam hadits ini, dihadapkan dengan fenomena sosial kehidupan bangsa yang detik-detik ini tengah dibayangi dengan nuansa keprihatinan tentang penegakkan hukum dan pembrantasan korupsi, yang saat ini tengah diklarifikasi oleh institusi-institusi penegak hukum dan DPR, yang prosesnya ditayangkan melalui siaran televisi dan disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia, sepertinya zaman sekarang ini telah cukup memberikan indikasi kearah yang disinyalir oleh Rasulullah. Adanya arogansi oknum-oknum yang tidak amanah, tidak-jujur, main sogok dan suap, tamak dan korup, telah menjadi penyakit kronis yang dihadapi bangsa ini. Adanya mafia peradilan yang telah menggerogoti sistem hukum dan tata peradilan di negri ini sepertinya tetap dinina-bobokan oleh oknum-oknum yang tidak amanah, membuat pencari keadilan terzalimi, karena yang benar bisa disalahkan dan yang salah bisa dibebaskan.
Berkaitan dengan momentum idul quban yang tinggal beberapa hari lagi, dimana pada point ke-4 tadi diterangkan pelajaran yang harus dipetik dari ibadah qurban membunuh sifat-sifat kebinatangan dan sifat-sifat buruk lainnya dalam diri kita, maka sikap kita sebagai Muslim, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas yang berupa, bahkan bangsa dan negara, “tanamkan dihati kita bahwa membiarkan suatu kemungkaran adalah dosa, artinya diancam dengan siksa. Disabdakan oleh Rasulullah, “rubahlah kemungkaran itu, kalau tidak dengan tangan (kekuasaan) dengan lisan, kalau tidak dengan lisan, dengan hati”. Maka yang dapat kita lakukan adalah memerangi kemungkaran dengan hati. Yang dimaksud dengan hati, adalah sikap membenci dan menjauhi, dan bahkan memerangi kemungkaran itu sebatas dalam hati, termasuk sikap arogansi, ketidak-jujuran, manipulasi dan sikap korup. Hanya dengan cara inilah masyarakat bisa berbuat memerangi kemungkaran, lalu sadar untuk menjalankan kewajibannya sebagai fungsi “sosial control” di negara yang berkedaulatan rakyat. Secara ideal, kalau sikap ini dapat dilakukan oleh setiap muslim, kapan dan di mana saja ia berada, apakah ia di perkotaan atau di pedesaan, insya Allah, sikap ini akan membangun sebuah kekuatan moral yang dapat menangkal berbagai kemungkaran di negeri ini. Sikap seperti ini merupakan wujud dari penegakkan amar ma’ruf nahi mungkar yang hukumnya wajib bagi setiap muslim.
Dalam Alqur’an Allah berfirman,: “Fallamma nasuu maa dzukkiruu bihii anjainal ladziina yan hauna ‘anis suu-i wa akhodnal ladziina zhalamuu bi ‘adzaa bim ba iisim bima kaanuu yaf suquun”. Artinya : „Maka setelah mereka melupakan (meninggalkan) apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat, dan kami timpakan kepada orang-orang yang berbuat zalim siksaan yang sangat keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik“. Dalam pengertian yang sederhana, orang yang menyatakan dirinya sebagai Muslim dan melaksanakan semua rukun Islam, tapi tetap melaksanakan maksiat, maka ia adalah fasik. Dengan ayat ini, Allah menjajikan keselamatan (terhindar dari dosa) bagi mereka yang memerangi kemungkaran (termasuk yang memeranginya sebatas dalam hati) dan (Allah) mengacam dengan siksa yang keras bagi mereka yang zalim disebabkan mereka berbuat fasiq (SQ. 7 : 165).
Sebagai anjuran, saat mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid nanti di Hari Raya Idul Qurban, sisipkan di lubuk hati yang dalam permohonan kepada Allah yang Mahaperkasa, agar bangsa ini dijauhkan dari tangan-tangan manusia yang tidak amanah dan korup, untuk kemudian bangsa ini mampu memperbaiki tarap kehidupan rakyat yang kini sebagian besar rakyat berada di bawah garis kemiskinan. Dampak yang diakibatkan oleh mereka yang tidak amanah dan berjiwa korup, telah dirasakan langsung oleh bangsa kita yaitu :, kemiskinan, kerusakan moral, dan tidak kunjung tegaknya keadilan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Mereka yang tidak amanah dan korup telah masuk dalam sindiran Allah dalam Alqur’an, „telah menjual akhirat dengan harga yang murah“, kelak di yaumal akhir akan dimintai pertanggungan jawab di hadapan Allah SWT.
Mudah-mudahan idul qurban di tahun ini membawa hikmah untuk perubahan kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik. Amin, yaa rabbal alamin. 
Penulis, Purnawirawan, pendiri dan pengurus yayasan sosial keagamaan Purwadaksina, tinggal di Cimahi, Jawa Barat.
Continue Reading...
 

www.widiakertapranata.com Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon