Rabu, 16 April 2014

PENCERAHAN MASALAH MENTALITAS MORAL & KINERJA BANGSA**






PENCERAHAN TERHADAP MASALAH MENTALITAS MORAL DAN
KINERJA BANGSA **



Sekaligus menyambut harapan suksesnya
Pemilu Nasional 2014


        Penulis/Penggagas

      Widjaja Kartadiredja



Pengantar

Pemilu Nasional bukan “pesta  demokrasi” dengan makna hura-hura, melainkan sebuah momen penting untuk mempertaruhkan bangsa Indonesia memiliki “seorang pimpinan nasional yang sekaligus sebagai negarawan”.  Yaitu pemimpin yang mampu membangunkan bangsa untuk mengejar ketertinggalan dalam masalah mentalitas moral dan nilai-nilai kinerja dalam dunia kerja dibanding dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. 
    Permasalahan krusial yang sangat berat yang harus dihadapi dalam  kepemimpinan di Indonesia adalah pimpinan yang harus berani membrantas korupsi sampai ke akar-akarnya tanpa pandang bulu.  Artinya prasyarat utama dari seorang pemimpin  adalah yang benar-benar  bersih “track recordnya” dari permasalahan korupsi, punya karakter yang jujur, adil, pro rakyat, tegas,  dan tidak takut pada manusia melainkan tahut pada Tuhan, baik di dunia maupun  di akhirat yang dari sudut pandang religi pola hidupnya benar-benar berlandaskan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.
  Di sisi lain di belakang figur ini  harus diyakini semua  kalangan akan mendukungnya dan semangat rakyat pun akan menggelora berpasrtisipasi melakukan pencerahan dan pengawasan terhadap masalah-masalah mentalitas moral  yang terjadi di masyarakat dalam membantu aparat sekali pun hanya dalam bentuk keberanian memberikan informasi., karena justru inilah penyebab esesnsial yang kini   telah membuat Indonesia  makin meraja-lelanya tindakan-tindakan penyimpangan dan penyelewengan  yang terjadi di kalangan masyarakat.

A.  Latar belakang Pemikiran.
1.  Bangsa Indonesia sudah hampir 70 tahun menjadi bangsa yang merdeka, namun kehidupan  bangsa   masih sangat jauh dari harapan dan cita-cita kemerdekaan.  Dengan fenomena seperti ini semua kalangan mesti tergugah untuk bangkit memperjuangkan bangsa keluar dari  kondisi yang membelenggunya.    Diantaranya  lewat  sumbangan pemikiran untuk mencari esensi penyebabnya dan mengambil langkah penanggulangan sebagai solusi.
2.   Penyebab paling esensial atas fenomena yang dihadapi bangsa pada dasarnya bersumber pada masalah mentalitas yang berdampak buruk pada masalah moral (ahlak) dan masalah budaya kerja yang keduanya saling berkaitan sebagai hukum sebab dan akibat. Contoh konkret yang bisa menguatkan asumsi tentang konsekuensi masalah mentalitas kaitan dengan masalah moral, dalam hal ini yang terkait perilaku korup dari sebagian kalangan yang tidak amanah, dapat dikatakan bahwa mustahil Indonesia berada dalam kelompok negara-negara terkorup di dunia, jika tidak karena masalah mentalitas moral. dan lemahnya perilaku bangsa dalam dunia kerja.
3. Dahulu di  jaman perjuangan merebut kemerdekaan dan setelah Indonesia merdeka tahun 1945,  Bung Karno sangat besar perhatiannya terhadap  masalah mentalitas  bangsa dengan sering dikumandangkan dalam pidatonya istilah “character building” yang  terkait dengan masalah pembangunan bangsa.  Oleh karena itu selayaknya kini semua kalangan di negeri ini berkomitmen untuk melakukan tindakan yang sifatnya sangat urgen sebagai berikut:  
Pertama, membangun kembali kepedulian pada pencerahan masalah mentalitas yang tujuan utamanya memperbaiki dan menanamkan nilai-nilai moral yang baik dan menjauhi perilaku yang merugikan bangsa.
Kedua, menanamkan kepedulian  pada masalah budaya kerja yang sasaran utamanya untuk  meningkatkan  kinerja dan memperbaiki etika kerja  dalam skala nasional, agar bangsa ini dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain yang telah maju hingga mencapai kesejajaran martabat dengan bangsa-bangsa lain.
4. Tentunya banyak cara yang bisa dilakukan dalam upaya pencerahan masalah mentalitas dan budaya kerja  yang  langkah awalnya dimulai dengan adanya kreativitas  pemikiran atau gagasan tentang suatu objek yang harus diperbaiki, diluruskan, atau dibangun dengan menggunakan sarana atau media yang tepat.

B.  Contoh Gambaran sebuah Gagasan.
1.   Dengan maksud  mengambil solusi lewat komitmen penceraham terhadap masalah mentalitas dan budaya kerja seperti yang dijelaskan di atas, kiranya lewat tulissan ini perlu dikemukakan sebuah contoh gagasan (yang dibuat oleh Penulis sendiri selaku penggagas), untuk memberikan gambaran yang lebih konkret terhadap substansi materi yang akan dijadikan objek bahasan.    Gagasan ini dibuat dalam bentuk “pelatihan singkat”  dengan  materi pokoknya  tentang “sistem penilaian kinerja”  yang ada kaitan dengan penerapakan kebijakan sistem HRM (Human Resource Management) yang seharusnya ada atau dimiliki oleh setiap lembaga/institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan bidang pembinaan SDM.   Sistem ini merupakan salah satu  “management tool” dalam  sistem HRM  (dalam hal ini sistem Thomson CSF Cooperation, Perancis), yang digunakan sebagai alat banding dalam penyusunan  program pelatihan tersebut.     Tujuannya adalah untuk  menanamkan pemahaman  atau  wawasan  dalam bidang pembinaan sumberdaya manusia yang terkait erat dengan  upaya peningkatan kineja dan perbaikan etika kerja yang dilakukan melalui media pelatihan singkat.    Dalam contoh yang dibuat Penulis ini, nantinya Penulis sekaligus akan bertindak sebagai Pengajar terutama untuk  menyiapkan “kader  pengajar”  bagi lembaga-lembaga/instansi yang mengakses program ini..
2.   Substansi materi  dari pelatihan singkat ini berupa pemahaman (dan aplikasi) tentang sistem penilaian kinerja yang ada kaitan dengan implementasi kebijakan sistem HRM yang landasan filosofinya diorientasikan pada masalah peningkatan kinerja & perbaikan etika kerja, dimana pemahaman ini  merupakan  sumbangan pemikiran yang sangat berharga bagi para pengelola bidang SDM di tiap lembaga/institusi.
3.   Pelatihan ini  dinamakan “Program Pelatihan Kinerja” dengan maksud untuk dikenal dan dipopulerkan   di jajaran instansi pemerintahan  (dan atau perusahaan), untuk memberi pemahaman  tentang  pentingnya “istilah kinerja” bagi bangsa Indonesia dalam upaya memperbaiki kehidupan dan martabat bangsa, serta memperkuat daya tangkal terhadap berbagai tantangan yang dihadapi bangsa di abad modern sekarang ini. 
4.  Pelaksanaan pelatihan dilakukan dalam bentuk in house training di lembaga-lembaga/instansi yang mengakses program  ini.   Durasi pelatihan hanya 3 (tiga) hari dengan kapasitas kelas 15 peserta, dengan target sasaran dilaksanakan di semua regional (tahap awal bertempat di tingkat Pemerintahan Provinsi untuk “penyiapan kader”) yang pesertanya adalah para pemegang fungsi bidang pembinaan SDM.  Kemudian materi yang diberikan dalam pelatihan disebar-luaskan secara merata di tiap lingkup regional oleh kader-kader yang telah disiapkan untuk  tingkat Kabupaten/Kota.
5.  Untuk dimaklumi, Program pelatihan kinerja ini tema pokoknya adalah  ”upaya membangunkan bangsa dari ketertinggalan dalam budaya kerja”.  Program pelatihan ini tidak untuk dikomersilkan karena tujuan akhirnya adalah untuk diabdikan bagi kepentingan bangsa.    Namun demikian, untuk Pengajar diperlukan kompensasi yang tidak memberatkan user , yaitu yang berupa akomodasi selama mengajar,  diberi honor pengajar tanpa ditetapkan besaran tarifnya, atau diadakan negosiasi sebelumnya,  dan diberikan biaya transportasi p.p. dari Bandung ke kota tujuan tempat diselenggarakannya “in house training”.     
6.   Penulis/Penggagas Program ini nantinya sekaligus akan bertindak sebagai tenaga pengajar untuk penyiapan kader.  Kader-kader   inilah nantinya yang akan menyebar-luaskan program ini di lingkungan regionalnya.  Penulis sangat optimis program pelatihan ini akan direspon oleh calon user karena punya nilai guna dalam upaya membangun bangsa, namun sayang  dengan ide tersebut Penulis/Penggagas  terbentur pada masalah dana.    Gambaran lengkap tentang  manfaat pelatihan dan prospek penyebar-luasan pelatihan dituangkan dalam “Profil Program Pelatihan Kinerja” yang disertakan bersama naskah ini.  Insya Allah nantinya atas bimbingan Penulis yang akan bertindak sebagai Pengajar, paling sedikit dalam tempo 3 bulan akan dapat disiapkan sejumlah kader Pengajar untuk memulai tahap awal menyebar-luaskan program pelatihan kinerja di sejumlah  lembaga/instansi.  (Catatan :  Dalam “Proposal Umum Program Pelatihan kinerja” disebutkan dalam periode 3 tahun pertama Program Pelatihan ditargetkan dapat di-trained 1.800 peserta, termasuk di dalamnya sejumlah lebih dari 100 orang dijadikan kader).

C.  Dampak Positif Program Pelatihan Kinerja.
1.   Tulisan-tulisan yang telah diedarkan di website dalam sejumlah blog dan ulasan-ulasan singkat tentang Program Pelatihan Kinerja telah banyak dibaca oleh pembaca di website. Hanya saja selama ini belum ada respon atas tawaran  program ini karena faktor yang terkait dengan masalah kondisi bangsa saat ini.  Kecuali nanti (paska Pemilu Nasional 2014) jika situasi politik di negeri ini sudah dalam keadaan kondusif, dimana pimpinan nasional respek terhadap masalah-masalah  sistem yang berkaitan dengan  upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia khususnya yang terkait dengan masalah mentalitas moral dan budaya kerja, mestinya program ini akan banyak direspon ,atau bahkan diberlakukan secara nasional.    
2.   Manfaat program pelatihan kinerja selain berguna untuk kepentingan generasi sekarang, juga berguna untuk generasi penerus sabagai pewarisan nilai-nilai dalam bidang pembangunan sumberdaya manusia, dimana kondisi bangsa saat ini masih terus bergulir dalam keterpurukan berkepanjangan dan semakin terkikisnya nilai-nilai pengabdian di kalangan bangsa kita terutama  pada dekade belakangan ini.
3.    Dalam berintrospeksi dan bermawas diri terhadap fenomena yang dihadapi bangsa selama ini, hendaknya kita  mau menoleh ke belakang dan  melihat ke depan,  dimana kehidupan Bangsa Indonesia tidak terlepas  dari pengaruh tiga konstelasi perjalanan sejarah,  yaitu :  Pertama, periode jaman penjajahan kolonial yang mewariskan nilai-nilai mentalitas binaan kolonial a.l.  seperti budaya feodalisme, yang waktu itu di sisi lain berhadapan dengan nilai-nilai pengabdian di jaman revolusi phisik dari pihak bangsa kita, dimana kini justru nilai-nilai pengabdian  itu keberadaannya sudah hampir  sirna dan karenanya nilai-nilai ini harus dihidupkan kembali.  Kedua,  periode jaman kemerdekaan yang berhadapan dengan isme kapitalis dan neoliberal yang tidak membuahkan kesejahteraan  bagi rakyat dalam pembangunan. Ketiga, periode generasi mendatang yang masih penuh tanda-tanya, karena tidak jelasnya nilai-nilai keteladanan yang harus diwariskan dari gegerasi sekarang kepada generasi penerus.
4.  Itulah dampak positif dari Program Pelatihan Kinerja yang bertemakan “Upaya Membangunkan Bangsa dari  Ketertingalan Dalam Budaya Kerja”. Keterangan tentang Thomson CSF Cooperation, Perancis, dan contoh pengalaman penting saat melihat  dalam menerapkan sistem HRM Thomson tersebut di sebuah perusahaan besar di Perancis (BRGM Company), dapat dilihat pada “LAMPIRAN”.

Salam hormat Penulis/Penggagas
Widjaja Kartadiredja, Letkol. Purn.

LAMPIRAN
Keterangan tentang Thomson CSF Cooperation dan contoh temuan pengalaman dalam menerapkan sistem  HRM Thonson CSF Cooperation yang secara singkat dapat dipaparkan sebgai berikut :
1.   Ketika penulis masih berdinas aktif di sebuah perusahaan  BUMNIS (Badan Usaha  Milik Negara Industri Strategis) di Bandung, tahun 1992 Penulis bersama dengan sebuah tim melaksanakan misi survei di beberapa lembaga pendidikan dan industri bidang weaponry” di Perancis, yaitu dalam rankgka  finalisasi pembuatan Master PlanTraining bidang Weaponry,   Dalam melaksanakan misi survey Penulis  punya kesempatan di luar tim  yaitu  mempelajari   dasar-dasar kebijakan   tentang  implementasi sistem HRM di sebuah lembaga pendidikan,  yaitu Thomson CSF Cooperation, Perancis. Pelajaran yang diperoleh pada kesempatan tersebut punya nilai penting untuk bahan studi banding dalam bidang pembinaan sumber daya manusia, yaitu nilai  pembaharuan pemahaman dalam penerapan sistem HRM yang berkaitan dengan penilaian kinerja. 
 2.    Topik materi yang diberikan dalam waku yang sangat singkat, cukup sederhana, yaitu :  Explanation of the Job description and evaluation, Description of the individual performance appraisal  interview, Career development,   Wage line policy, On the job interview of  HRM of sister companies having   implemented   the system (diegan catatan untuk topik ini istitusi nyang dikunjungi adalah BRGM Company di kota Bordeaux).
  3. Thomson CSF Cooperation, adalah sebuah lembaga  pendidikan dibawah perusahaan Thomson yaitu sebuah perusahaan ternama di Perancis (yang tentunya juga di kawasan Eropa) yang waktu itu perusahaan Thomson memiliki manpower termasuk di semua cabang perusahaannya, sebanyak 106.000 orang.  Sistem HRM yang digunakan oleh perusahaan Thomson adalah dikenal dengan sistem Thomson CSF Cooperation. Sistem ini  tidak hanya digunakan di lingkungan perusahaan Thomson sendiri, melainkan di perusahaan-perusahaan di luar Thomson.  Diantaranya BRGM Company di kota Bordeaux, sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang survei geologi dan mineral, yang waktu itu memiliki personil 1.000 orang engineer kimia dan geologi, menggunakan sistem Thomson.  Waktu itu Penulis dibawa oleh specialist HRM dan Manajer HRM Thomson CSF Coperation ke perusahaan ini untuk melihat di lapangan tentang penerapan kebijakan Sistem  HRM  model Thomson CSF Cooperation.
4.   Salah satu contoh manfaat yang diperoleh dari melihat penerapan sistem HRM Model Thomson CSF Cooperatioan, Perancis, dengan melihat penerapan sistem tersebut di sebuah perusahaan besar di Bordeoux, Perancis, yaitu BRGM Company, adalah sebagai pengetahuan untuk digunakan sebagai bahan studi banding dalam bidang HRM khususnya terkait dengan penanganan “job requirement” dan “Sistem Penilaian Kinerja”. 
 5.    Sebuah contoh pengalaman berharga yang diperoleh dari melihat penerapan sistem HRM  di BRGM Company, seorang Staf Directorat Human Resources bernama G. Duermael, yang posisinya sebagai Biro Employment and Careers,  mangatakan dalam penjelasannya bahwa perusahaan tersebut telah lama berusaha memperbaiki sistem HRM terutama yang terkait dengan sistem penggajian, namun tidak pernah berhasil.  Tapi setelah menerapkan sistem Thomson, dalam waktu dua tahun perusahaannya telah mendapatkan titik terang untuk mengadakan perbaikan dalam  kebijakan sistem penggajian, yang pada waktu itu dikatakan dengan rasa optimis penanganan perbaikan sistem penggajian ditargetkan akan bisa dituntaskan dalam waktu setengah tahun.  
6.   Yang dimaksud dengan pernyataan Mr. Duermael tersebut di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : Dalam sistem Thomson ada dua  “management tools” (alat manajemen) yang sangat penting dalam implementasi kebijakan HRM,  :  Mangement tool yang pertama, ialah progress dari hasil penggarapan “job description dan job evaluation” yang  menghasilkan “job requirement"  untuk tiap jenis pekerjaan (job requirement ialah persyaratan kemampuan untuk dapat memangku atau menjalankan pekerjaan), dimana job requirement dapat dipakai sebagai dasar dalam   menetapkan “bobot pekerjaan” (“the weight of the job”) yang nantinya bobot pekerjaan ini akan dipakai dasar dalam menetapkan kebijakan  sistem penggajian. Sedangkan manajemen tool yang kedua, ialah “penilaian kinerja” yang dari segi pembinaan sumberdaya manusia berfungsi sebagai alat untuk mendorong tenaga kerja meraih prestasi yang lebih baik, karena semua aturan yang menyangkut hak dan kewajiban tenaga kerja dalam sisterinym HRM-nya berlandaskan pada “reward system yang adil”, baik yang terkait dengan sistem penggajian maupun dengan sistem pembinaan karir.                                                                                                               

7.    Dari contoh pengalaman tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa tanpa  diterapkannya kebijakan sistem HRM di suatu lembaga/institusi, atau dengan kata  lain apabila lembaga/institusi tidak memiliki sistem HRM, maka lembaga/institusi tersebut tikak akan dapat membenahi sistem penggajian (termasuk sistem pembinaan karir) .  
D. Pemberitahuan bagi Pembaca.

     Penulis / Penggagas Program Pelatihan Kinerja “bersedia  memberikan audiensi  di tingkat Pemprov atas permintaan” tanpa mengganggu kegiatan Pemilu Nasional  2014, dengan harapan dan  kemungkinan nantinya tertarik untuk  mengakses program Pelatihan di lembaganya.  Audiensi cukup dihadapan Bpk. Wakil  Gubernur  dengan seorang Penanggung   jawab Bidang Pembinaan SDM.
  Tidak menutup kemungkinan Program Pelatihan Kinerja ini diperlukan di negara tetangga  antara lain di negeri Jiran (Malaysia) , kami siap datang ke  sana  jika diminta  untuk memberikan substansi  materi pelatihan.  Berkenan tulisan ini diketahui  oleh Yth. Bpk  Kedutaan Besar R.I  di Kualalumpur.
     Pada   dasarnya  Program Pelatihan Kinerja                  ini tidak untuk dikomersilkan  melainkan untuk diabdikan bagi kepentingan bangsa dan kami butuh tim untuk kerjasama melaksanakannya.   Hubungi Email widiakertapranata@yahoo.co.id atau phonecel 085 863 897 762  Terima kasih.

File  :   KINERJA DUPREVFINAL (WEBSITE)

Continue Reading...
 

www.widiakertapranata.com Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon