Rabu, 25 September 2013

BERFIKIR DALAM TATARAN DZIKRULLAH


Upload, September  25, 2013
BERFIKIR DALAM TATARAN DZIKRULLAH
Tema Pokok :
Menafakuri tanda-tanda Kekuasaan dan Keagungan  Allah di alam jagat raya sebagai jalan menuju ma’rifat
diilhami dengan ritual tawaf mengelilingi Ka’bah
Penulis :  H. Widjaja Kartadiredja
TOPIK MATERI
Topik materi tulisan :  1)  Kata Pengantar ;  2) Tentang ayat-ayat kauniah;  3)  Isyarat-isyarat Alqu r’an;  4) Topan besar di jaman Nabi Nuh; 5)  Apakah itu planet Muntaha?;   6)  Membayangkan luasnya wilayah  tatasurya dan galaksi; 7)  Bersujud di bawah kekuasaan dan keagungan Allah;  8) Makna tawaf mengelilingi Ka’bah;  9) Dalam ritual tawaf tersirat Isyarat Ilmiah;   10)  Penutup.
1.       KATA PENGANTAR
                   Artikel ini memaparkan tentang kontemplasi atau penafakuran, yaitu terhadap tanda-tanda kekuasaan dan keagungan Allah di jagat raya, dengan menggunakan keterangan-keterangan dalam ayat-ayat kauniah dalam Alqur’an.  Ayat kauniah adalah ayat yang menerangkan hukum-hukum alam yang berkaitan dengan fenomena-fenomena alam yang dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, adanya pergantian siang dan malam, pergantian musim di permukaan bumi, adanya gerhana mata hari, gerhana bulan, dan lain-lain peristiwa alam, semuanya berkaitan dengan hukum-hukum alam yang  diisyaratkan dalam ayat-ayat kauniah dalam Alqur’an.
        Tulisan ini tepat sekali dibaca oleh para jema’ah haji  atau umrah, dimana esensi tulisan mengandung tema penting yang harus dimanfaatkan, yaitu untuk    menafakuri fenomene-fenomena alam, yang ada kaitannya dengan isyarat-isyarat dalam Alqur’an, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di abad modern sekarang ini. 
                             Dengan membaca tulisan ini, pembaca akan tertarik untuk lebih jauh menafakuri kekuasaan dan keagungan Allah di alam ini, bahwa di balik alam nyata yang kita saksikan, ada sebuah kekuasaan dan keagungan yang luar biasa yang hanya bisa ditafakuri oleh manusia yang  mau membukakan hatinya untuk memahami dan meyakini kekuasaan dan keagunggan Allah di alam jagat raya.      
                           Menafakuri dan berfikir tentang kekuasaan dan keagungan Allah “konotasinya” adalah sama dengan “berfikir dalam tataran dzikrullah”. Hal ini merupakan salah satu jalan ma’rifat kepada Allah yang pasti amat sangat disukai Allah sebagaimana hadist qudsi mengakatan : “Annallaha khalaqal insaana li ma’rifatihi”, yang artinnya “tidak semata-mata Allah menciptakan mahluk (manusia) melainkan agar mereka berma’rifat kepada-Nya”.
2.       TENTANG AYAT-AYAT KAUNIAH
Dalam surat Ali Imran (QS.3) ayat 96 diterangkan bahwa rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia beribadah kepada Allah ialah Baitullah yang ada di Bakkah (Makkah), yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semesta alam. Ayat ini selain mengandung makna ibadah, juga mengandung makna kauniyah.  Dalam Alqur’an yang disebut sebagai “hudan lin-nas” selain berisi petunjuk dan hikmah bagi manusia tentang ibadah, ahlak, dan aspek-aspek kahidupan lainnya, terdapat didalamnya sejumlah ayat kauniah, yaitu ayat mengenai hukum-hukum alam di jagat raya.   Menurut DR. Zaghlul Al-Najjar, Profesor Geologi dari King Fahd University, Saudi Arabia, dalam Seminar Internasional ke-6 “Mu’jizat Alqur’an dan As-Sunnah tentang IPTEK” yang diadakan di Bandung tahun 1994,  dalam Alqur’an terdapat sejumlah ayat kauniyah dan yang membicarakan tentang bumi. Karena itu dipandang dari makna kauniyah, yang dimaksud dengan “manjadi petunjuk bagi semesta alam” (“hudan lil ‘alamien”) tersirat pengertian berupa petunjuk untuk memperhatikan, menafakuri dan mengadakan penelitian terhadap fenomena-fenomena alam untuk mengetahui dan meyakini tanda-tanda kekuasaan Allah di jagat raya.  Mengetahui dan meyakini kekuasaan Allah  di jagat raya salah satunya dilakukan melalui penelitian-penelitian ilmiah.   Betapa banyak kata-kata dalam ayat-ayat Alqur’an yang menyerukan manusia untuk berfikir.   Kini hasil pemikiran dan penelitian para ilmuwan  tentang alam dan fenomenanya telah menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang, dalam meningkatkan kemajuan peradaban di muka bumi.
       Menurut penelitian para ahli, ada lebih dari 1000 ayat kauniah dalam Alqur’an, dan diantaranya terdapat 461 ayat kauniah yang menerangkan tentang bumi dan kehidupan. Keterangan ini pernah diungkapkan oleh DR. Jaghlul al-Najjar, Profesor Geologi dari King Fahd University, Saudi Arabia, pada Seminar Internasional ke-6 tentang “Miracle of Alqur’an and As-Sunnah on Science and Technologi” (Mu’zijat Alqur’an dan As-Sunnah dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi) yang diadakan di Bandung pada tahun 1994, bertempat di PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (sekarang PT. Dirgantara Indonesia). Seminar ini diadakan  atas kerjasama ICMI dengan Rabithah Alam Islami, Saudi Arabia.
3.       ISYARAT-ISYARAT ALQUR’AN
Dalam peradaban manusia diabad-abad belakangan ini, sebagai contoh, orang sudah mengenal dan percaya bahwa bumi itu bulat, dan berputar pada porosnya sambil mengelilingi surya di angkasa bebas pada garis edarnya, yang mendatangkan adanya siang dan malam, dan adanya pergantian musim di permukaan bumi yang diketahui  dari tentang pengetahuan tatasurya atau ilmu astronomi.  
Pengetahuan tatasurya ini ditemukan oleh peradaban Barat yang sesungguhnya jauh sebelumnya tentang tatasurya itu telah diisyaratkan dalam Alqur’an, di antaranya dalam Surat Ar-Ra'd ayat 2 yang mengatakan : "Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘’Arasy’’ dan menundukkan matahari dan bulan yang masing-masing beredar dalam waktu yang telah  ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesarannya) agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu".  Bahkan dalam Surat Fushshilat (QS.41) ayat 53, yang seolah-olah Allah berjanji akan memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dengan firman-Nya sebagai berikut : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa (Alqur’an) itu benar. Tidak    cukukah (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi sanksi atas segala sesuatu?”.
         Sedemikian banyaknya isyarat-isyarat Alaqur’an tentang tanda-tanda kekuasaan Allah di jagat raya, seperti dikatakan oleh DR. Zaghlul Al-Najjar, tersebar dalam 461 ayat kauniyah.
4.       TOPAN BESAR Di JAMAN NABI NUH
          Banyak kejadian alam yang dapat kita saksikan di alam ini seperti gerhana matahari, gerhana bulan, gempa bumi, dan lain-lain, semuanya merupakan tanda-tanda dari kekuasaan Allah di jagat raya. Di dalam Alqur’an disebutkan tentang topan besar di jaman Nabi Nuh yang sangat menarik untuk ditafakuri. Menurut buku “Alqur’an, Dasar Tanya-jawab Ilmiah” yang disusun oleh Nazwar Syamsyu, yang sumbernya diambil dari keterangan-keterangan dalam beberapa buku ensyclopaedia, bahwa topan itu telah mengguncangkan permukaan bumi demikian hebatnya, yang telah mengakibatkan berubahnya wilayah-wilayah daratan menjadi lautan, diantaranya Lautan Hindia, Laut Merah dan Laut Tengah, dahulunya sebelum kejadian topan Nuh merupakan sebuah daratan. Penyebab terjadinya topan itu karena “berubahnya” garis edar bumi (dan planet-planet lainnya) akibat perubahan posisi surya oleh pangaruh serombongan comet yang oleh ilmuwan dinamakan Comet Hailey. Comet ini besarnya luar biasa dan memiliki panjang kira-kira 6 kali jarak dari bumi ke surya. Jarak dari bumi ke surya 93 juta mil.
        Isyarat Alqur’an tentang topan Nuh ini diantaranya terdapat dalam surat Al-Qomar (QS.54) ayat 11 yang menerangkan bahwa  setelah Nabi Nuh berdo’a kepada Tuhannya karena telah didustakan oleh kaumnya, Allah berfirman : “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan curahan air”. Membukakan pintu-pintu langit artinya membukakan atmosfir di langit sehingga dapat mendatangkan peristiwa topan besar di permukaan bumi. Bukti peninggalannya ada dalam surat Hud (QS.11) ayat 44, yang menjelaskan bahwa kapal Nabi Nuh terdampar di puncak gunung Judi, setelah menyelamatkan orang-orang yang beriman dan membinasakan kaum Nuh yang zalim. Gunung Judi adanya di Armenia Selatan yang berbatasan dengan Mesopotamia.
       Isyarat-isyarat Alqur’an tentang kekuasaan Allah di jagat raya diungkapkan dalam bahasa yang sesuai dengan tingkat akal pikiran manusia pada saat Alqur’an diturunkan. Namun demikian dalam perkembangan peradaban manusia kemudian, isyarat-isyarat itu tidak bertentangan dengan hasil-hasil penelitian ilmiah, dan sebaliknya  dapat membuktikan fenomena-fenomena dan hukum-hukum alam di jagat raya. 
5.      APAKAH ITU PLANET  MUNTAHA?
       Dalam wilayah tatasurya terdapat planet-planet yang dinamakan : Mercury, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptune, dan Pluto. Dari hasil panalitian oleh para ilmuwan, telah diketahui jarak dari masing-masing planet ke surya sebagai pusat edarnya yaitu : 1) Planet Mercury jaraknya ke surya 36 juta mil, 2) Planet Venus jaraknya ke surya 67.2 juta mil, 3) Planet Bumi jaraknya ke surya 93 juta mil, 4) Planet Mars jaraknya ke surya 141,5 juta mil (manurut perhitungan para ahli, sebagai penomena alam planet Mars setelah mengelilingi surya dalam waktu 284 tahun, akan kembali berada pada posisi jarak terdekat dengan bumi). 5) Planet Jupiter jaraknya ke surya 90,254 juta mil, 6) Planet Saturnus jaraknya ke surya 886 juta mil, 7) Planet Uranus jaraknya ke surya 1.785 juta mil, 8) Planet Neptune jaraknya ke surya 2.793,4 juta mil, 9) Planet Pluto jaraknya ke surya 3.700 juta mil. Menurut para ilmuwan, Pluto adalah planet yang terjauh dalam tatasurya yang sudah bisa diteliti.
        Di belakang planet Pluto, katanya masih ada bintang atau planet yang tidak bisa diteliti dengan peralatan yang ada saat ini. Ada yang memperkirakan bahwa planet itu adalah Muntaha, yaitu nama yang disebut dalam Alqur’an ketika mi’rajnya Nabi SAW ke langit. Namun benar tidaknya anggapan ini, hanya Allah yang mengetahui. Sebab dalam hal mi’rajnya Nabi SAW ke langit pun ada yang menafsirkan hanya dengan ruhnya saja, dan ada pula yang berpendapat dilakukan dengan jasad (tubuh). Dalam hal ini, ada baiknya ditafakuri surat An-Najm (QS.53) ayat 13-18 yang mengisyaratkan tentang kekuasaan dan keagungan Allah, yang artinya : ”Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jiibril itu (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”.
6.         MEMBAYANGKAN LUASNYA WILAYAH TATA SURYA DAN GALAKSI
Menurut para ahli, planet yang paling jauh di tatasurya yang katanya berada di belakang Pluto, yang belum bisa diteliti, lamanya mengelilingi surya sebagai pusat edarnya “diperkirakan” dalam waktu seribu tahun. Sebagai perbandingan, bumi yang jaraknya ke surya 93 juta mil mengelilingi surya dalam waktu 1 tahun dan Pluto yang jaraknya ke surya 3.700 juta mil mengelilingi surya dalam waktu 248 tahun. Bisa dibayangkan luasnya wilayah tatasurya (termasuk sebuah planet yang berada di belakang Pluto yang peredarannya mengelilingi surya diperkirakan seribu tahun), yaitu sebuah wilayah di angkasa bebas, dengan lingkaran yang panjangnya sama dengan garis edar planet yang menempuh perjalanan 1000 tahun.            
Kalau kecepatan edar planet sama dengan kecepatan gerak cahaya seperti yang ditafsirkan oleh para ahli, maka panjangnya garis kelilling wilayah tatasurya adalah 1000 tahun kali kecepatan gerak cahaya yang per-detiknya 300.000 Km.
Apakah ramalan di atas itu benar? Wallahu ‘alam. Tapi ramalan itu dapat menggugah hati untuk menafakuri tanda-tanda keagungan Allah di jagat raya. “Dia mangatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) seribu tahun menurut perhitunganmu”, demikian firman Allah dalam surat As-Sajdah (QS32) ayat 5. “Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) supaya azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu”, demikian firman Allah dalam surat Al-Haj (QS22) ayat 47.
          Menurut para ahli, tatasurya itu hanya sebagian kecil saja dari wilayah angkasa bebas yang dinamakan galaksi. Galaksi ialah gugusan bintang-bintang di langit (dalam Alqur’an disebut “buruj”), yaitu bintang-bintang yang dikelilingi oleh bulan dan planet-planet yang merupakan sebuah tatasurya. Karena sangat jauhnya dari bumi, sebuah bintang yang kelihatan di langit bukanlah sebagai sebuah bintang, akan tetapi sebuah gugusan bintang yang berupa tatasurya. Padahal dalam jagat raya, oleh para ahli diramalkan adanya jutaan galaksi, yang antara galaksi ke galaksi lainnya jaraknya jutaan tahun cahaya. Kalau demikian halnya, betapa luasnya jagat raya, tidak akan terbayangkan oleh pikiran manusia. Semua galaxi, sebagaimana firman Allah dalam Alqur’an, tunduk pada ketentuan dan perintah Allah, yang menjadikan alam jagad raya sebagai ciptaan-Nya yang maha sampurna, tanpa cacat, demikian pula dengan semua mahluk ciptaan-Nya di seisi jagat raya.
          Untuk menambah keyakinan tentang kekuasaan dan keagungan Allah maka tafakurilah surat Al-A’raf (QS.7) ayat 54 yang artinya : “Sesungguhnya tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu ia bersemayam di atas ‘Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, (dan diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang masing-masing tunduk kepada perintah-Nya”. Demikian pula firman Allah dalam surat Al-Ma’arij (QS.70) ayat 1-7 yang artinya : “Ada orang yang meminta didatangkan azab yang akan menimpa. (Dijawab) : “Untuk orang-orang kafir, tidak ada seorangpun yang dapat menolaknya (yang datang) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. Sesungguhnya mereka memandang siksa itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi)”.
7.       BERSUJUD DI BAWAH KEBESARAN DAN KEAGUNGAN ALLAH    
Dengan manafukri ayat-ayat tentang kekuasan dan keagungan Allah di jagat raya, maka tawaf bagi kaum muslimin yang menjalankan ibadah haji atau ibadah umrah, merupakan pertanda sujud di bawah keagungan Allah karena iman kepada-Nya, membenarkan kitab-Nya, memenuhi janji-Nya, mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, mohon ampunan dan mohon keselamatan di dunia dan di akhirat, dan terhindar dari siksa neraka. Disamping itu dengan tawaf, berarti menafakuri kekuasaan dan keagungan Allah, pencipta langit dan bumi dan pemelihara alam semesta.
8.       MAKNA RITUAL TAWAF  MENGELILINGI KA’BAH
Dari sudut ilmiah, dengan pemahaman tentang tatasurya dan makna surat Ali Imran ayat 96, ada yang menfsirkan bahwa dengan tawaf mengelilingi Kabah Baitullah tujuh putaran melambangkan ber-putarnya bumi pada porosnya, yang membuat adanya pergantian siang dan malam tujuh kali dalam seminggu. Demikian pula sa’i yang dilakukan sesudah tawaf dalam rukun haji dan rukun umrah, yaitu berjalan tujuh balikan antara Shafa dan Marwa, melambangkan gerak zigzagnya bumi (ke utara dan ke selatan) dalam mengelilingi surya sebagai pusat edarnya, yang mendatangkan perubahan musim di permukaan bumi.
       Selama ini sa’i “dimitoskan” dari segi sejarah Nabi Ibrahim, untuk mengingatkan kisah Hajar dan Ismail yang kehabisan air dan perbekalan ketika ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim di lembah gurun yang gersang. Karena sangat gersangnya lembah gurun ini digambarkan dalam buku “The Life of Muhammad” karangan Tahia Al-Ismail (Abdul-Qasim Publishing House, Jeddah), hingga tak seekor lalat pun yang bisa hidup di sana. Kini lembah gurun itu telah menjadi kota Makkah Al-Mukarramah dalam “tapak” sajarahnya Nabi Ibrahim, tempat bertawaf dengan Kabah Baitulah-nya yang diberkahi di alam ini.
9.       DALAM RITUAL TAWAF TERSIRAT ISYARAT ILMIAH
Tidak berlebihan kalau diakhir tulisan ini Penulis cuplik buah pikiran Bapak Ahmad Muflih Saefuddin tentang penafsiran Alqur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang dikemukakan dalam makalahnya yang berjudul “Alqur’an, Paradigma IPTEK dan Kehidupan”, yaitu pada Seminar Internasional ke-6 “Mu’jizat Alqur’an dan As-Sunnah tentang IPTEK” tahun 1994 di Bandung. Beliau mengatakan bahwa sangat tidak mustahil Alqur’an sekarang tengah dikaji oleh orang-orang non-muslim untuk kapentingan ilmu pengetahuan dan teknologi ruang angkasa. Sebab menurut beliau formula Alqur’an merupakan paradigma dan premis IPTEK modern, yang dipakai oleh mereka untuk mencari kemungkinan membangun “real estate” di ruang angkasa atau di dasar laut, sebagai jalan keluar atas pembiakan manusia yang tak terhingga di bumi ini. Sementara menurut beliau, umat Islam sekarang masih tertatih-tatih dalam menafsirkan Alqur’an yang dititik-beratkan pada segi linguistiknya, sehingga yang tersintuh bukan isinya tetapi bahasanya. Sedangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kini makin melesat, untuk “membuktikan” hasil ciptaan Allah, penguasa langit dan bumi.
       Karena itu kalau tawaf benar-benar ditafakuri, maka tawaf mengelilingi Ka’bah Baitullah, selain mengandung makna ibadah yang bersifat ritual dalam menjalankan rukun haji dan rukun umrah, tawaf bagaikan “membawa isarat ilmiah” bagi umat manusia di sepanjang peradabannya. Andaikan Ka’bah bisa bicara seperti manusia, kepada mereka yang bertawaf, Ka’bah akan berkata : “Wahai hamba-hamba Allah, bersujudlah kepada Allah pencipta langit dan bumi, seraya menafakuri tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya di jagat raya, agar dapat menyingkapkan rahasia alam ciptaan-Nya untuk kemajuan peradaban”.
       Mengenal akan tanda-tanda kekuasaan dan keagungan Allah termasuk pekerjaan ma’rifat yang sangat disukai Allah, sebagaimana firman Allah dalam Hadits Qudsi yang menyatakan : Tidak semata-mata Allah menciptakan manusia melainkan agar mereka berma’rifat kepada-Nya. (“Annallaha khalaqal insaana li ma’rifatihi”.
10.     PENUTUP
          Demikian paparan tentang kontemplasi, semoga  bermanfaat, khususnya bagi para jemaah haji dan jemaah umrah musim haji  tahun 1434 Hijriyah, dengan iringan  do’a “semoga menjadi haji yang mabrur”. 
Juga semoga bermanfaat bagi  kaum muslimin dan muslimat umumnya, khususnya Penulis, sebagai penggugah untuk banyak tafakur dan syukur, dalam mendekatkan diri kepada Allah Subhana huwa taala, Yang Maha Pencipta dan Maha Pemelihara semesta alam. Aamiin.
          Jika terdapat kesalahan dalam penafsiran, mohon maaf, dan saya dikembalikan kepada pembaca sabagai bahan koreksi dan perbaikan.  
          Salam hormat Penulis, H. Widjaja Kartadiredja.

Bandung,West Java, Indonesia, 25/09/2013.

Continue Reading...
 

www.widiakertapranata.com Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon