Senin, 13 Januari 2014

NILAI-NILAI RELIGI – 20 WEBSITE


NILAI-NILAI RELIGI – 20 WEBSITE
 Upload January 14, 2014
       ® 25/23    
Tema Pokok  :   Akhlaq
Nama Judul  :  Allah Melukiskan Rasulullah Orang yang
                    Berakhlaq Luhur.         
Disusun oleh    :    H . Widjaja Kartadiredja

Catatan : 

Nabi Muhammad Saw dilahirkan pada hari Senin 12 Rabiul Awal bertepatan dengan tanggal 22 April 571 Masehi.  Tanggal tersebut dikenal dengan Hari Besar Maulud Nabi Muhammad Saw.

Bertepatan dengan hari Maulud Nabi Saw, di luar tema pokok tentang peristiwa kelahiran beliau, lewat website ini kami posting sebuah naskah khutbah Jum’at diambil dari Himpunan Khutbah Jum’at Ke-1 berjudul “Sampaikan Seruanku Walau hanya Satu Ayat” oleh Penulis, yang tujuannyauntuk mengingatkan sekelumit contoh tentang akhlak beliau.

   
Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah,
Nabi Muhammad saw diutus oleh Allah Swt pada masyarakat penyembah berhala di tanah Arab yang sarat dengan adat istiadat dan budaya yang dapat menjerumuskan manusia kejurang kehinaan yang abadi, yang dikenal dengan masyarakat jahiliyah.  
“Jahilyah” berasal dari kata “jahil” yang artinya bodoh.  Masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang berada dalam kebodohan.  Dikatakan “jahiliyah” atau kebodohan, karena “tidak adanya iman” dalam hati kaum musyrikin dan kaum kafirin penyembah berhala kepada keesaan Allah, yang mendorong mereka tidak percaya pada hari kebangkitan dan perhitungan amal perbuatan manusia.
Prinsip-prinsip ajaran Islam yang agung dan hukum-hukumnya yang adil, mustahil diyakini oleh suatu kaum selama orang-orang di dalamnya belum mencapai tingkat moralitas kemanusiaan yang tinggi.  Sedangkan nilai-nilai moralitas kemanusiaan yang tinggi itu hanya bisa diketahui dan difahami seseorang di dalam Alqur’an dan hadits-hadits Nabi Saw.   Karena itu, tujuan diutusnya Nabi Muhammad saw adalah untuk memperbaiki ahlak, yang kalau dipandang dari risalah yang dibawanya sebagai rahmatan lil  alamin, adalah mengadakan  revolusi moral dalam kehidupan umat manusia di muka bumi.  Tujuan yang agung ini dilukiskan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang mengatakan :
“Aku diutus hanya untuk menyem-purnakan ahlak yang luhur”.
Aisyah binti Abubakar ash-Shidiq r.a. sebagai perawi hadts terbanyak, yang telah meriwayatkan lebih dari dua ribu hadits, dan sebagai orang yang paling mengusai hukum fiqih,  pernah ditanya tentang ahlak Rasulullah.  Ia menjawab, “Ahlak Rasulullah adalah Alqur’an”. Jawaban ini merupakan ungkapan bahasa yang mengagumkan, singkat, padat, dan mudah difahami.
Pada kesempatan lain mereka bertanya kepasa Aisyah tentang ahlak Nabi Saw.  Jawabannya : 
“Ahlak Nabi terkandung dalam sepuluh ayat surat Al Mu’minun (QS.23 : 1-11). 
Untuk memahami keterangan Aisyah tersebut, mari kita baca ayat-ayat tersebut dan kita hayati maknanya ayat demi ayat. 
ôs% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ
tûïÏ%©!$# öNèd Îû öNÍkÍEŸx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ
tûïÏ%©!$#ur öNèd Ç`tã Èqøó¯=9$# šcqàÊ̍÷èãB ÇÌÈ
tûïÏ%©!$#ur öNèd Ío4qx.¨=Ï9 tbqè=Ïè»sù ÇÍÈ
tûïÏ%©!$#ur öNèd öNÎgÅ_rãàÿÏ9 tbqÝàÏÿ»ym ÇÎÈ
žwÎ) #n?tã öNÎgÅ_ºurør& ÷rr& $tB ôMs3n=tB öNåkß]»yJ÷ƒr& öNåk¨XÎ*sù çŽöxî šúüÏBqè=tB ÇÏÈ
Ç`yJsù 4ÓxötGö/$# uä!#uur y7Ï9ºsŒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbrߊ$yèø9$# ÇÐÈ
tûïÏ%©!$#ur öNèd öNÎgÏF»oY»tBL{ öNÏdÏôgtãur tbqããºu ÇÑÈ
tûïÏ%©!$#ur ö/ãf 4n?tã öNÍkÌEºuqn=|¹ tbqÝàÏù$ptä ÇÒÈ
y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqèOͺuqø9$# ÇÊÉÈ
šúïÏ%©!$# tbqèO̍tƒ }¨÷ryŠöÏÿø9$# öNèd $pkŽÏù tbrà$Î#»yz ÇÊÊÈ
 (1) Qad aflahal mu’minuun, sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Di sini menunjukkan bahwa “sumber ahlak yang luhur adalah iman”.  Lalu apa yang dimaksud dengan iman di sini, dijelaskan dalam ayat-ayat berikutnya :
 (2)  ”Alladziina hum fii shoolatihin khoo syii’uun = (yaitu) orang-orang yang khusu dalam salatnya; 
3) walladziina hum ‘anillaghwi mu’ ridhuun = dan orang-orang yang menajauhi hal yang tidak berguna;
4) walladziina hum lizzakaati faa ‘iluun = dan orangg-orang yang menunaikan zakat); 
5)  Walladziina hum li furuu jihim haafiduun =  dan orang-orang yang memelihara “farjinya”,
6)  illaa ‘alaa azwaajihim au maa malakat  aimaa nuhum = kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau terhadap budak yang dimiliknya (budak wanita yang ditawan dalam peperangan), fa innahum ghairu maluumiin = maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela;
7) “Fa manibtaghaa raa a’ dzaalika =  barang siapa yang menginginkan selain itu, fa ulaaika humul ‘aaduun” =  maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas; 
8)  Walladziina hum li amaanaatihim, wa ‘ahdihim, raa ‘uun  = dan orang-orang yang menerima amanat yang dipercayakan kepadanya, dan janji-janji mereka, mereka memeliharanya; 
9)  walladziina hum ‘alaa shalaatihim yuhaafiduun” = dan orang-orang yang memelihara salatnya, 
10)  “Ulaaika humul waritsuun” =  Mereka itulah orang-orang yana akan mewarisi;  
11) “Alladziina yuritsuunal firdaus =  yakni yang akan mewarisi surga Firdaus,  hum fiihaa khaaliduun”  =  Mereka kekal di dalamnya.  Itulah salah satu contoh yang dijelaskan oleh Aisyah rodhiyallohu anhu.  
Kelembutan Watak Rasiulullah.
Dalam berbagai buku tentang riwayat hidup Nabi Muhammad saw banyak keterangan yang menunjukkan tentang kelembutan watak Rasulullah saw., diantranya beliau tidak pernah marah, kecuali terhadap orang yang melanggar kenentuan hukum Allah swt. 
Sebagai contoh, suatu hari serombongan kaum Yahudi mendatangi Rasulullah yang sedang asyik bercakap-cakap dengan isterinya Aisyah.  Ketika menghadap Nabi saw mereka mengucapkan “As-samu ‘alaykum”.  Mereka mengucapkan “as-sumu” yang artinya “kematian”, pengganti kata “as-salam” yang artinya keselamatan.  Nabi menjawab ucapan mereka dengan “wa alaykum” yang artinya “semoga kembali kepadamu”.  Mendengan ucapan Yahudi tadi, Aisyah tidak mampu menahan emosinya, dengan mengatakan kepada mereka,
“Kalian sendiri yang akan binasa, Allah melaknak dan memurkai kalian”. 
Melihat Aisyah marah, kaum  Yahudi pun pergi sambil mengeleng-gelangkan kepala.  Melihat kejadian itu Rasulullah tersenyum lembut dan berkata :
 “Tahan, wahai Aisyah.  Berkata-lah yang lembut, jangan kasar”. 
Aisyah membalas,
Apakah anda tidak mendengar yang diucapkan mereka?” 
Sambil tersenyum Nabi balik bertanya,
“Tidakkah engkau mendengar apa yang aku katakan.  Aku membalas ucapan  mereka, dan ucapanku dikabulkan Allah, sedangkan ucapan mereka tidak dikabulkan”. (HR.  Muslim dan Tirmidzi).  
Ternyata dalam perjalanan rombongan Yahudi tadi, Allah benar-benar mengabulkan ucapan Rasulullah.  Rombongan kaum yahudi seluruhnya mati kehausan setelah mereka tersesat di padang sahara
Masih dalam kaitan kelembutan sifat Rasulullah, belaiau pernah bersabda :  
“Tolonglah saudaramu yang zalim atau yang dizalimi”. 
Seorang sahabat bertanya, 
“Wahai rasulullah, seseorang yang dizalimi berhak mendapat pertolongan.  Lalu bagaimana menolongnya terhadap orang yang berbuat zalim?”
Nabi saw menjawab :                  
 “Cegahlah, agar ia tidak menerus-kan kezalimannya”.
Dalam keterangan lain disebutkan pernyataan Aisyah r.a. tentang ahlak Rasulullah: 
“Allah memuji bahwa beliau berahlak luhur.  Sungguh tidak ada pujian lagi di atas pujian Allah”.
Para ahli tafsir menjelaskan bahwa Allah swt melukiskan Rasulullah benar-benar berahlak luhur.  Ini dikarenakan beliau mentaati Allah swt dan mengikuti segenap bimbingannya.  Allah swt berfirman dalam Surat Al-a’raf (QS. 7) ayat 199 :
Éè{ uqøÿyèø9$# óßDù&ur Å$óãèø9$$Î/ óÚ̍ôãr&ur Ç`tã šúüÎ=Îg»pgø:$#
“Khudzil afwa wa’ murbil urfi,  wa a’ ridh ‘anil jaahiliin”.
Artinya: Jadilah   engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari  orang-orang yang bodoh”. 
Konon ketika ayat ini diturunkan, beliau bertanya tentang hikmah ayat ini kepada Jibril.  Lalau Jibril menghadap Tuhannya, kemudian kembali kepada Rasulullah seraya berkata :
Wahai Muhammad, Allah memerin-tahkanmu memaafkan siapapun yang pernah berbuat zalim kepadamu, memberikan harta kepada siapapun yang pernah menghalangi dirinya atau orang lain untuk memberi bantuan kepadamu, dan menyambung tali silaturahmi kepada siapa saja yang pernah memutuskna tali persauda-raan denganmu”. 
 Dari perkataan Jibril ini dapat kita simpulkan, bahwa ini adalah merupakan nilai-nilai kemanusiaan yang lengkap. Sedangkan arti dari berpaling dari orang-orang yang bodoh maksudnya menjauhi orang-orang yang tidak menerima kebenaran, karena di jaman jahiliyah orang-orang bodoh selalu membungkus kebodohannya dengan perlawanan dan kata-kata yang menyakitkan.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa ahlak adalah sebagai tata cara berperilaku dan berhubungan dengan orang lain.  Dalam hal ini “sifat bawaan” berperan penting dalam diri manusia, sedangkan ahlak itu sendiri adalah watak yang diperoleh seseorang dari pergaulannya dengan orang lain, atau atas bimbingan orang tua, dan pihak-pihak lain yang bertanggung jawab dalam proses pendidikan.  Ringkasnya, ahlak adalah watak yang diusahakan.  Sedangkan sifat bawaan, adalah apa yang dilakukan manusia semata-mata lahir  dari nalurinya. 
Apa yang diutarakan dalam khutbah ini merupakan bahan renungan kita yang wajib diaplikasikan dalam kehudupan kita sehari-hari.  Ahlak merupakan persyaratan mutlak yang harus dibangun dalam kehidupan masyarakat, karena ahlak adalah kunci dari segala kemaslahatan, baik yang sifatnya lahiriah maupun batiniah.  Orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling takwa.  Sedangkan orang yang paling takwa sudah barang tentu orang yang paling baik ahlaknya. 
Ahlak yang diserukan Rasulullah saw benar-benar terpantul dari dalam diri beliau.  Inilah yang menjadikan da’wahnya berhasil dan para sahabat mengikuti seluruh tingkah lakunya. Ahlak beliau adalah sumber cahaya Islam, yang menerangi pekatnya kebodohan dan keangkaraan murkaan di muka bumi dari Timur hingga Barat.  Sejarah menjelaskan, bahwa dalam kurun waktu tidak lebih dari seperempat abad, wilayah Islam membentang dari Persia di Timur hingga negeri-negeri Maghribi di benua Afrika.  Allah swt berfirman :
“Laqod kaana lakum fii Rasulillahi uswatun hasanatun liman kaana yarjulloha wal yaumal aakhiro nwa dzakarolloha katsiiroo”. 

Artinya :  Sesungguhnya telah ada pada diri Rasululloh suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir dan banyak menyebut nama Allah (QS. 33 : 21).
.        
Ayat ini merupakan petunjuk dan bimbingan Allah SWT tentang kewajiban kaum muslimin untuk meneladari Rasulullah saw  sebagai sumber ahlak yang mulia.  Yaitu bagi orang-orang mengharapkan rahmat Allah, yakin akan datangnya hari akhir, dan banyak mengingat Allah yang artinya banyak mendekatkan diri kepada Allah.  
Mudah-mudahan khutbah ini ada manfaatnya.
Barakalaahu lii wa lakum fil Qur’aanil adhiim, wa  nafaanii wa iyyaakum bimaa fiihi minal aayaati  wadz-dzikril hakim.  Wa taqabbala minnii wa minkum,  tilaa watahu  innahu huwas-samii’’ul aliim.  11
 masjid-nabawi-4   Naskah Khutbah Jum’at tersebut diatas copy dari Himpunan Khutbah Jum’at Ke-1 berjudul  SAMPAIKAN SERUANKU WALAU HANYA SATU AYAT oleh H. Widjaja Kartadiredja, yaitu naskah khutbah Jum’at Nomor 25/23 yang di-upload di websiite www.widiakertapranata@yahoo.co.id

   
▌Sabda Baginda Nabi Saw tersebut di atas dipakai judul  buku (himpunan transkrip) khutbah Jum’at,  isi 45 judul Khutbah, tebal 675 halaman ukuran 14,5 x 21 cm, untuk bahan khutbah dalam periode  satu tahun. Kertas foto copy kualitas baik, jilid pakai roll plastik.

Dilengkapi Penjelasan Rukun Khutbah yang akan     sangat    berguna bagi mereka yang tertarik dengan syiar Islam “terutama bagi kalangan pemula”.

▌Selain untuk bahan khutbah, materi bisa digunakan untuk “bahan bacaan keluarga”,  atau “dihibahkan” ke DKM-DKM  masjid di lingkungan tempat tinggal.

Diberi  Kata Pengantar oleh KH. Enjang Nasrullah, Pimpinan Harian Pondok Pesantren “Almusyahadah” Kota Cimahi, Jawa Barat.

Harga Rp. 125 ribu per –buku termasuk ongkos kirim khusus  di wilayah Jawa Barat.     Harga Rp. 100 ribu untuk yang beli 10 buku.  Harga Rp. 75 ribu untuk yang beli minimal 20 buku.

Peminat dapat menghubungi kami melalui
         Atau HP 0858 6389 7762
         Kontak person :  H.  Widjaja Kartadiredja









Continue Reading...
 

www.widiakertapranata.com Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon